Senin, 12 Oktober 2009

puisi

Penghibur Senja

Setiap titik hitam mereka yang ku pandangi,
Di masa elok cerminan senjanya hari
Di sana ku temukan ringkasan perkataan menjatuhkan
Yang mencela, dan segala luka yang susah cerna
Membuat pikiran selalu bertanya, apa isi sebenarnya jiwa mereka?

Aku bukanlah bagian dari kumpulan pemikir sejati,
Atau bagian pandai merangkai anda-andai
Aku hanya manusia pura-pura,
Yang terpaksa lihai bernarasi tentang mimpi-angan nasibnya

Oh, bukankah semuanya berlanjut dengan malam
Malam dengan kemilau bintang,
Yang jadi refleksi tiap permata-permata penghibur bagi mata manusia
Yang sedih, gundah atau ragu raganya…

Disaat langkah masa yang sejauh ini,
Aku masih tak mengerti apa yang mereka cari
Kenapa mereka berlari, mencari cinta ungu untuk ditumpu
Kemudian mereka terseok dengan urat rindu terputus

Disaat langkah masa yang sejauh ini,
Aku masih juga tak mengerti mengapa mereka selalu coba
Kenapa mereka terus berlari, berkejaran dengan rumit mimpi
Kemudian tergolek ditanah dengan peluh penuh yang membunuh

Oh, bukankah semuanya berlanjut dengan malam
Malam dengan kemilau bintang,
Yang jadi refleksi tiap permata-permata penghibur bagi mata manusia
Yang sedih, gundah atau ragu raganya…

Oh, aku hanya manusia pemandang malam
Mengharapkan sedikit senyum Tuhan,
Mencari Cahaya,senja-di-monas