Minggu, 19 April 2009

emosi

EMOSI... HANYA SEKEDAR EMOSI (Tulisan tidak ilmiah sama sekali)

Oleh: Mas Bambang Purnomo Sigit, SH, MM


''Kesuksesan itu ditentukan oleh visi, imajinasi, aksi, dan emosi. Emosi berperan penting, karena manusia satu saling berhubungan dengan manusia lain. Dalam bisnis, if you don't networking, you're not working.'' (Anthony Dio Martin)


1. Pendahuluan
Dalam suatu diskusi, Anthony Dio Martin penulis buku Emotional Quality Managament (2003) dan Audio Book Emotional Power (2004), mengungkapkan kekuatan emosi sebagai salah satu kunci kesuksesan seseorang. Sebab, banyak kasus menunjukkan kemampuan mengelola emosi dapat membawa seseorang ke puncak karir lebih tinggi ketimbang mereka yang hanya mengasah IQ. Ibarat emosi bermasalah, kehidupan pun bermasalah. Sering kali kita melihat fakta membuktikan seseorang pemarah sangat sulit untuk mendapatkan teman. Tetapi apakah emosi itu hanyalah perasaan marah saja?
Emosi sendiri adalah suatu gejala yang menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keprilakuan, dan proses fisiologis (Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, hal. 50). Misalnya orang yang anda cintai mencemooh anda, karena anda tahu akan makna cemoohan itu, timbulah reaksi emosional jantung berdetak kencang, berkeringat, nafas terengah-engah (fisiologis), dan mungkin anda akan membalas dengan kata-kata kasar. Atau mungkin anda baru saja berpisah dengan kekasih anda, sehingga saat anda mendengar lagu yang bertema patah hati, tiba-tiba diri anda meneteskan air mata. Atau disaat anda mendapatkan hadiah undian yang tak anda kira sama sekali, sehingga uphoria atau bahkan sampai histeris.
Dengan adanya kegoncangan emosi ini akan menimbulkan dua kemungkinan akibat, orang lain suka atau justru orang lain akan tak suka, meskipun gejolak emosi yang timbul itu bukan berupa kemarahan.

2. Apa itu emosi?
Emosi bukanlah sesuatu yang jelek, tanpa itu, kehidupan serasa hampa, semua lurus begitu saja. Menurut Coleman dan Hammen (Contemporary Psychologi and Effective Behaviour), ada empat fungsi emosi:
a. emosi adalah pembangkit energi, tanpa itu kita tidak bisa merasai, mengalami, bereaksi, ataupun bertindak. Marah membangkitkan tindakan menyerang, takut membangkitkan tindakan, cinta membangkitkan keinginan untuk bermesraan,
b. emosi adalah pembawa informasi, kita bisa melihat gejala emosi dari informasi baik itu ekspresi, kata-kata atau bentuk komunikasi non-formal lainnya,
c. emosi adalah sebagai pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal, kita lihat presenter suatu acara, yang menghidupkan suasana dengan penuh emosi, sehingga bisa melarutkan para pirsawan yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam acara tersebut,
d. emosi adalah sumber informasi internal diri tentang keberhasilan kita, kita mencari keindahan dan baru bisa mengetahui kalau kita memperolehnya pada saat kita merasakan kenikmatan estetika dalam diri kita.
Dalam hal intensitas, emosi dibagi menjadi tiga, yaitu: ringan, berat dan desintegratif. Emosi ringan dapatlah dirasakan jika diri merasakan ketegangan sedikit, dan untuk itu masih bisa dikendalikan dan dihindari. Sedangkan emosi berat disertai rangsangan fisiologis yang kuat berupa detak jantung yang mengencang, serta tekanan darah, nafas, dan produksi andrenalin yang meningkat, ini agak sulit dikendalikan. Dan yang ke-tiga adalah emosi desitegratif merupakan emosi yang terjadi akibat akumulasi emosi yang tak tersalur sehingga sering kali memuncak hingga tak terkendali, penumpukan emosi tanpa adanya suatu penyelesaian inilah yang sering berakibat buruk baik. Seseorang yang mengalami penderitaan terus menerus pada suatu saat akan meledak apabila dia sudah tak mampu lagi menampung akumulasi emosinya.
Sedangkan dalam hal lamanya, emosi dibagi dua, yaitu:
a. Mood, yaitu emosi yang berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari. Mood akan mempengaruhi persepsi/ penafsiran kita terhadap apa yang kita lihat, kita dengar, atau rangsangan apa saja yang tertangkap oleh panca indera kita. Mungkin karena sedang emosi, kita melihat ada kucing yang sedang enak-enak tidur, tahu-tahu kita tendang tanpa alasan yang jelas,
b. Temperamen, adalah emosi yang telah berlangsung kronis serta telah menjadi struktur kepribadian. Contohnya dilingkungan kita sendiri bisa dilihat orang yang bertemperamen penyedih, pemarah atau yang lainnya.

3. Kecerdasan emosional
Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence, menyatakan ada 5 (lima) wilayah kecerdasan emosi, yaitu: mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenal emosi orang lain, dan membina hubungan. Dengan mengenali emosi diri berarti kita paham akan akan kelemahan ataupun kekuatan diri kita, apakah diri kita gampang sedih, gampang marah atau yang lainnya serta seberapa tingkat intensitasnya. Dengan ke-tahu-an inilah maka dengan mudah kita mampu mengendalikan emosi itu, kita mampu mengelola emosi itu sehingga bisa kita endapkan dalam hati. Jika kita mampu mengelolanya maka jadilah emosi itu sebagai energi untuk memajukan diri, contohnya, seorang pecundang yang mampu mengelola emosinya, menggunakan semangat dari kemarahan karena sering disepelekan menjadi pemicunya dalam mengejar prestasi sehingga dia bisa membuktikan kalau dia bukan si pecundang.
Tetapi yang tak boleh dilupakan, sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa menghindakan diri berinteraksi dengan manusia yang lain, dalam hal ini dengan kemampuan menggunakan emosi sebagai pembawa informasi, kita bisa melihat sisi, kadar intensitas emosi orang lain yang muncul dari komunikasi non-formalnya, berupa ekspresi, tekanan nada suara, gerakan ataupun bahasa simbol yang dipakainya. Jika kita mampu membaca bahasa-bahasa itu maka bisa diupayakan tindakan kontra reaksi dari emosi orang tersebut. Umpamanya, jika kita lihat ada gejala lawan bicara kita tersinggung, maka kita antisipasi dengan dengan berbicara yang bersifat menetralkan perasaan orang tersebut. Setelah kita pahami masalah emosi diri maupun emosi orang lain, maka secara akanlah mudah kita menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain. Sehingga dari diri kita akan muncul pribadi yang menyenangkan. Seseorang yang emiliki kecerdasan emosi yang baik akan peka terhadap situasi apapun yang sedang terjadi, serhingga dengan mudah menyiapkan strategi kontra situasi terhadap suatu konflik yang ada.
Kecerdasan emosi berbeda dengan kecerdasan intelektual (IQ). IQ adalah suatu bentuk kecerdasan yang dibawa dari lahir karena merupakan keturunan yang tak dapat dirubah lagi. Sedangkan kecerdasan emosional merupakan jembatan dari apa yang kita ketahui, dan apa yang kita lakukan. Dengan semakin tinggi kecerdasan emosional, kita akan semakin terampil melakukan apa pun yang kita ketahui benar. (Purdi E. Chandra, Menjadi Enterpreneur Sukses, hal. 71)


4. Cara mempelajari dan mengelola kecerdasan emosi
Dr. Patricia Patton dalam bukunya Emotional Quotient mengungkapkan bahwa untuk mampu mengatur emosi adalah dengan cara belajar. Pertama: belajar mengidentifikasikan apa saja yang bisa memicu emosi kita dan respon apa yang biasa kita berikan. Ke-dua: belajarlah dari kesalahan, belajar membedakan segala hal di sekitar kita yang dapat memberikan pengaruh dan yang tak dapat memberikan pengaruh pada diri kita. Ke- tiga: belajar selalu bertanggung jawab pada setiap tindakan kita. Ke-empat: belajar mencari kebenaran, belajar memanfaatkan waktu secara maksimal untuk menyelesaikan masalah. Ke-lima: belajar menggunakan kekuatan sekaligus kerendahan hati. Kelima hal inilah yang apabila kita pelajari akan memudahkan diri kita dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

6. Emosi dalam kehidupan
Emosi memicu kreativitas dan inovasi kita. Emosi juga mengaktifkan nilai-nilai etika maupun estetika ataupun mempercepat penalaran. Emosi juga berperan penting dalam membangun hubungan kepercayaan dan keakraban. Tanpa emosi, diri tak termotivasi. Tanpa adanya itu tak akan terjadi penalaran dan rasionalitas yang fantastis dari seseorang, semua datar tanpa adanya loncatan quantum dalam berfikir dan bertindak. Karena emosi lebih jujur dari pikiran dan penalaran, serta memiliki kedalaman dan kekuatan, hingga tepatlah jika emosi juga berarti motus anima (Latin) atau jiwa yang menggerakkan kita. Jika kita mampu mengelola emosi dengan baik maka tak dapat disangkal lagi jika kesuksesan akan datang menghampiri kita.

Tidak ada komentar: