Rabu, 22 April 2009

rasulullah

Strategi Rasulullah dalam Perang Uhud
Maktabatuna
Mon, 23 Mar 2009 14:17:58 -0700
==== Sebelum terjadinya perang Uhud, suku Quraisy melakukan persiapan dan
mobilisasi besar-besaran untuk menyongsong peperangan pembalasan dendam setelah
kekalahan mereka dalam perang Badar. Terkumpullah 1.000 unta dan 1.500 dinar.
Setelah persiapan genap setahun, terkumpul 3000 unta, 200 penunggang kuda dan
yang mengenakan baju besi sebanyak 700 orang. Pemimpin tertinggi dipegang oleh
Abu Sufyan, sedangkan pasukan berkuda dipimpin oleh Khalid bin Walid dan
Ikrimah bin Abu Jahal. Kemudian, mereka bergerak menuju ke Madinah.


Adapun di pihak Islam, dengan fasilitas dan pasukannya yang sangat minim.
Rasulullah pun membuat strategi tersendiri guna membela kehormatan dan
kemuliaan Islam dan umatnya. Di antara strategi ini, salah satunya adalah
strategi yang terkait dengan persiapan sebelum perang. Yaitu sebagai berikut.

1. Menempatkan Inteligen di Sarang Musuh
Setelah perang Badar, satu strategi Rasulullah saw yang sangat urgen
adalah menempatkan para inteligennya di Mekah untuk memberikan
informasi-informasi yang terkait tentang pasukan Quraisy. Salah satunya adalah
Abbas bin Abdul Muthalib, pamannya sendiri. Melihat pasukan Quraisy yan sudah
berangkat ke Madinah untuk melakukan penyerangan, beliau mengirimkan surat
melalui utusannya untuk disampaikan kepada Rasulullah. Dalam waktu tiga hari,
utusan tersebut sampai di Madinah la menyerahkan surat itu kepada Rasulullah
yang sedang berada di masjid Quba. Setelah menerima surat itu, Rasulullah
meminta ahli bahasanya, Ubay bin Ka'ab, membacakan surat tersebut. la juga
diperintahkan untuk menjaga kerahasiaan isi surat tersebut.

2. Membentuk Majelis Permusyawaratan Militer
Rupanya, salah satu kelebihan Rasulullah sebagai seorang pemimpin
adalah mendengarkan jajak pendapat dari para sahabatnya. Sekalipun posisi
beliau sebagai seorang nabi, beliau mampu mengatur sendiri jalannya strategi
yang akan digunakan dan tentunya mendapat arahan dan wahyu dari langit, beliau
masih memusyawarahkannya dengan para sahabat. Pada saat itu, mayoritas suara
sahabat jatuh pada upaya melakukan penyerangan kafir Quraisy di Bukit Uhud.
Sementara, informasi tentang pasukan Mekah terus dilaporkan oleh badan
inteligen Rasulullah, termasuk kabar tentang posisi militer yang diambil
pasukan Quraisy. Selesai shalat Ashar, Rasulullah masuk ke rumahnya diikuti
oleh Abu Bakar dan Umar. Kedua sahabatnya ini memakaikan Rasulullah sorban dan
baju besi. la juga mengenakan pedangnya. Sementara, para sahabat di luar sedang
ramai bertukar pikiran. Usaid bin Hudzair dan Sa'ad bin Mu'adz, dua sahabat
yang berpendapat ingin bertahan di dalam kota, berkata kepada mereka yang
berpendapat ingin menyerang musuh di luar.

“Tuan-tuan mengetahui bahwa Rasulullah ingin bertahan di dalam kota. Lalu,
tuan-tuan berpendapat lain dan memaksanya bertempur keluar. Dia sendiri enggan
berbuat demikian. Serahkan sajalah persoalan ini kepadanya. Apa yang
diperintahkan kepadamu, jalankanlah. Taatilah pendapatnya dan sesuatu yang
disukainya."

Setelah mendengar keterangan itu, mereka yang berseru supaya menyerang saja
menjadi lebih lunak. Mereka menganggap telah menentang Rasulullah mengenai
sesuatu yang mungkin datang dari Tuhan. Setelah Rasulullah datang kembali ke
tengah-tengah mereka dengan memakai baju besi dan sudah menyiapkan pedangnya,
mereka yang sebelumnya menghendaki supaya mengadakan serangan berkata, "Ya
Rasulullah, bukan maksud kami hendak menentang engkau. Lakukanlah apa yang
engkau kehendaki. Kami juga tidak bermaksud memaksa engkau, karena engkau
mendapatkan berita dari langit, yang kemudian dikabarkan kepadamu."

Namun, Rasulullah menjawab, "Tidak layak bagi seorang nabi yang apabila sudah
mengenakan pakaian besinya, lalu menanggalkannya kembali sebelum Tuhan
memberikan putusan antara dirinya dan musuh-Nya. Perhatikanlah apa yang saya
perintahkan kepada kamu sekalian dan ikutilah. Atas ketabahan hatimu,
kemenangan akan berada di tanganmu."





3. Pembagian Komando
Jumlah pasukan kaum muslimin ketika itu 1000 orang. Pasukan itu
terdiri atas 100 prajurit mengenakan baju besi dan 50 penunggang kuda dan
sisanya pasukan berpedang. Kemudian, pasukan ini dibagi menjadi tiga batalion,
yaitu:
1. Batalyon Muhajirin, benderanya diserahkan kepada Mush'ab bin Umair.
2. Batalyon Aus, benderanya diserahkan kepada Usaid bin Hudhair.
3. Batalyon Khazraj, benderanya diserahkan kepada Al-Hubab bin Al-Mundzir
Al-Jamuh.

4. Menginspeksi Pasukan
Setibanya Rasulullah dan pasukannya di Syaikhani, beliau selaku
komandan tertinggi menginspeksi pasukan. Ternyata, di dalam pasukan terdapat
anak-anak yang usianya sangat belia. Beliau menolak keikutsertaan mereka,
kecuali yang mempunyai spesialisasi dalam peperangan, seperti Rafi’ bin Khudaij
yang mahir memanah dan Samurah yang ahli beladiri. Hari itu adalah hari Jumat.
Karena hari sudah petang, mereka menginap di tempat itu dan memerintahkan lima
puluh orang pasukan mengadakan hirasah, yakni menjaga di sekitar pasukan.

5. Tidak Meminta Pertolonga Orang-orang Kafir
Rasulullah melakukan hal itu ketika berangkat dari Madinah ke Uhud. Ia
mendapati sekelompok Yahudi, sekutu Abdullah bin Ubay yang ingin turut serta
membantu Rasulullah. Namun, Rasulullah menolaknya dengan mengatakan "Jangan
minta pertolongan orang-orang musyrik dalam melawan orang musyrik sebelum
mereka masuk Islam."

Kemudian, orang-orang Yahudi itu pun kembali ke Madinah. Lalu mereka berkata
kepada Abdullah bin Ubay, "Kau sudah menasihatinya dan sudah kauberikan
pendapat berdasarkan pengalaman orang-orang tua dahulu. Sebenarnya, dia
sependapat denganmu. Lalu, dia menolak dan menuruti kehendak pemuda-pemuda yang
menjadi pengikutnya."

Keesokan harinya, ia berbalik menggabungkan diri dengan pasukan teman-temannya
dan kembali ke Madinah. Hampir sepertiga pasukan mundur. Mereka adalah
orang-orang munafik yang bertujuan melemahkan semangat pasukan kaum muslimin.
Tinggal Alabi dan orang-orang yang benar-benar beriman yang berjumlah 700
orang. Mereka akan berperang menghadapi 3000 orang yang terdiri dari
orang-orang Quraisy Mekah. Semuanya sudah memikul dendam yang tak terpenuhi
ketika di Badar. Mereka ingin menuntut balas.

Akhirnya, Allah SWT mengokohkan hati mereka dengan menurunkan firman-Nya.
"Ketika dua golongan dari kalian ingin (mundur) karena takut, padahal Allah
adalah Penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu, hendaklah kepada Allah
saja orang-orang mukmin bertawakal." (QS Ali Imran [3]: 122)

Kemudian, turun lagi ayat yang menceritakan kondisi orang-orang munafik.
"Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik, kepada mereka
dikatakan, 'Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (diri
kalian).' Mereka berkata, 'Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan,
tentulah kami mengikuti kalian.' Mereka pada hari itu lebih dekat kepada
kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak
ada dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan." (QS
Ali Imran [31:167)

Ternyata, dalam sejarah tercatat bahwa keberadaan orang-orang munafik dalam
tubuh kaum muslim seperti duri dalam daging. Mereka sangat membahayakan.
Sebanyak 1000 pasukan kaum muslim berkurang menjadi 700 orang setelah melawan
3000 pasukan kafir Quraisy.

6. Meredakan Konflik Internal Sebelum Peperangan
Munir Muhammad Al-Ghadhban dalam Fiqh As-Sirah An-Nabawiyahnya
mengatakan bahwa Perang Uhud ini merupakan pembeda antara orang-orang mukmin
dan orang-orang munafik, seperti dalam firman Allah.

"Dan apa yang menimpa kamu ketika terjadi pertemuan (pertempuran) antara dua
pasukan itu adalah dengan izin Allah, dan agar Allah menguji siapa orang yang
benar-benar beriman, dan untuk menguji orang-orang yang munafik, kepada mereka
dikatakan, 'Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankan dirimu.' Mereka
berkata, 'Sekiranya kami tahu bagaimana cara berperang, tentu kami akan
bersamamu.' Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada
keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak ada dalam hatinya.
Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan." (QS All Imran
[3]:166-167)

7. Memilih Posisi yang Strategis
Lagi-lagi, salah satu penentu kemenangan seorang komandan adalah
penentuan tempat yang strategis. Barangsiapa yang menempati posisi strategis,
kemungkinan besar akan menang dalam pertempuran. Rasulullah merupakan salah
satu panglima yang ahli dalam pengaturan strategi militer. Hingga ketika itu,
pasukannya dibawa ke kaki Bukit Uhud. Pasukan muslim mengambil tempat dengan
proses menghadap ke arah Madinah dan memunggungi Uhud. Dengan posisi ini,
pasukan musuh berada di tengah antara mereka dan Madinah.

8. Pembagian Pos Militer
Rasulullah membagi pos militer para prajuritnya, prajurit dakwah, serta
prajurit yang siap mengorbankan harta, waktu, tenaga dan bahkan jiwa untuk
mendapatkan keridhaan Allah SWT.

Beliau pun menempatkan satuan pasukan khusus yang dipimpin oleh Abdullah bin
Jubair. Anggotanya terdiri dari 50 pemanah ulung di bukit Uhud, tepatnya 150
meter dari pasukan kaum muslim. Tujuannya jelas, yakni melindungi pasukan di
bawah yang sedang bertempur dari laju serangan depan yang menggelombang, juga
menahan pasukan kavaleri Khalid bin Walid yang sangat membahayakan. Berikut ini
instruksi-instruksi yang disampaikan Rasulullah kepada mereka, mengingat
pentingnya posisi mereka.

1. “Lindungi kami dari belakang, sebab kami khawatir mereka akan mendatangi
kami dari belakang. Bertahanlah dan jangan tinggalkan tempat itu. Kamu jangan
meninggalkan tempatmu kalau melihat kami berhasil menghancurkan dan memasuki
pertahanan mereka. Jika melihat kami diserang, jangan dibantu. Kami juga tidak
mempertahankan. Tugas yang kauemban adalah menghujani kuda-kuda mereka dengan
panah, karena kuda itu tak akan dapat maju dengan serangan panah."

2. "Lindungilah punggung kami jika kami sedang bertempur, maka kalian tidak
perlu membantu kami. Jika kalian melihat kami telah mengumpulkan harta
ghanimah, kalian jangan ikut bergabung bersama kami." Imam Bukhari
meriwayatkan, "Jika kalian melihat kami disambar burung sekalipun, janganlah
kalian meninggalkan tempat itu, kecuali ada utusanku yang mendatangi kalian.
Jika kalian melihat kami berhasil mengalahkan mereka, janganlah kalian
meninggalkan tempat hingga ada utusan yang mendatangi kalian."

Dalam hal ini, kepiawaian Rasulullah dalam mengatur strategi perang terlihat
jelas. Dengan menempatkan posisi pemanah di bukit Uhud, berarti menutup
celah-celah pasukan Quraisy untuk mengadakan penyerangan, terutama dari kubu
Khalid bin Walid.

Kemudian, sayap kanan dipimpin oleh Al-Mundzir bin Amr. Sementara, sayap kiri
dipimpin oleh Zubair bin Awam dengan dibantu satuan khususnya, Al-Miqdad bin
Al-Aswad untuk menghadang penyerangan pasukan Khalid bin Walid. Barisan
terdepan diisi oleh para pemberani yang mencari syahid, yakni para pahlawan
Islam yang langsung dipimpin oleh Rasulullah.

Sementara itu, pihak Quraisy juga sudah menyusun barisan. Barisan kanan
dipimpin oleh Khalid bin Walid, sedangkan sayap kiri dipimpin oleh Ikrima bin
Abu Jahal. Bendera diserahkan kepada Abdul Uzza Thalhah bin Abu Thalhah.
Wanita-wanita Quraisy sambil memukul tambur dan genderang berjalan di
tengah-tengah barisan itu. Terkadang, mereka di depan barisan dan di belakang.
Mereka dipimpin oleh Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan, seraya berteriak,
"Ayo, Banu Abdud Dar! Ayo, pengawal barisan belakang! Hantamlah dengan segala
yang tajam. Kamu maju, kami peluk. Kami hamparkan kasur yang empuk. Jika kamu
mundur, kita berpisah. Berpisah tanpa cinta."

Kedua belah pihak sudah siap bertempur dan mengerahkan pasukannya. Yang selalu
diingat oleh Quraisy ialah peristiwa Badar dan korban-korbannya, sedangkan yang
selalu diingat oleh kaum muslim ialah Allah dengan pertolongan-Nya.

9. Mengobarkan Semangat Jihad
Begitulah yang seharusnya dilakukan oleh para pemimpin perang,
mengobarkan semangat untuk maju pantang mundur. Hal itu telah dicontohkan oleh
Rasulullah dalam perang Uhud. Beliau mengobarkan semangat para kadernya untuk
sabar, teguh, berani, serta patriotik dalam menyongsong syahid dan memperoleh
surga Allah SWT.

Rasulullah berpidato untuk memberikan semangat dalam menghadapi pertempuran
itu. Beliau menjanjikan pasukannya akan mendapat kemenangan apabila mereka
tabah. Lalu, beliau mengambil sebilah pedang sambil bersabda, "Siapa yang akan
memegang pedang ini untuk disesuaikan dengan tugasnya?"
Beberapa orang tampil, namun pedang itu tidak pula diberikan kepada mereka.
Kemudian, Abu Dujana Simak bin Kharasya dari Bani Sa'ida tampil seraya berkata,
"Apa tugasnya, ya Rasulullah?" "Tugasnya ialah menghantamkan pedang kepada
musuh sampai ia bengkok," jawabnya.

Abu Dujana, seorang laki-laki yang sangat berani, mengenakan pita (kain) merah.
Apabila ia sudah mengikatkan pita merahnya itu, orang akan mengetahui bahwa ia
sudah siap bertempur. Saat itu, ia pun sudah mengeluarkan pita mautnya.

Ia mengambil pedang, mengeluarkan pita, lalu mengikatkannya di kepala. Seperti
biasa, ia berlagak di tengah-tengah dua barisan itu bila sudah siap menghadapi
pertempuran. "Cara berjalan seperti ini sangat dibenci Allah, kecuali dalam
bidang ini," kata Rasulullah setelah melihat gaya berjalan Abu Dujana.

Tidak ada komentar: